Sabtu, 23 Juni 2018

Indahnya Parade Cahaya Malam Hari di Disneyland Hongkong

Indahnya Parade Cahaya Malam Hari di Disneyland Hongkong

Wisata ke Hongkong, katanya belum lampias kalau tidak pergi ke 'Disneyland'. Sesampai di Hongkong 28 Juni siang, kami langsung ke hotel untuk 'check-in' dan setengah jam kemudian kesana. Untung sudah beli tiketnya via 'online' versi 'combo' untuk keluarga, lengkap dengan tiket makan siang untuk 2 orangtua dan anak-anak.
Sesampai disana, waktu sudah menunjukkan pukul 15-an sore, nah, dapat apa lagi ya? Karena buat-foto-foto dengan si Mickey Mouse, Mini Mouse, Gufi, Donald dan semua tokoh legendarisnya akan dibatasi sampai pukul 16.30 sore dan antrinya bikin pusing. Saya dan keluarga pun memutuskan untuk disana sampai malam saja, karena ternyata di malam hari ada dua acara puncak yaitu 'Disney Light Night Parade' jam 8 malam dan pesta kembang api jam 9 malam. Ini yang katanya banyak ditunggu-tunggu oleh pencinta tokoh komik Disney asal ada syaratnya: TIDAK HUJAN!
Menunggu acara itu, seperti biasa kami mengunjungi beberapa wahana yang menarik, seperti menonton film 3 dimensi 'Mickey's Philliars Magic' yang seperti hidup dengan kaca mata 3 dimensi, lengkap dengan percikan air ke badan kita kala ada adegan si tokoh kartun tercebur atau tersiram air. Ikut beberapa permainan seperti komedi putar dan banyak lainnya.
Semua bagus? Tidak juga, karena ada restoran yang bernama 'Tahitian' dengan menu yang cocok di perut orang Indonesia menolak kupon makan kami, karena ikut paket 'combo', padahal kalau yang datang bayar tunai mereka mau. Wah, perasaan saya pun di rumah sakit tidak pernah menolak pasien yang bayar pakai program khusus, mengapa disini ada yang menolak saya? Jadi mengerti rasanya dibeda-bedain.


Kami pun makan di restoran di 'Mystic Point' di nomor 35 yang katanya menyediakan menu Indonesia, ternyata saat dimakan paketnya menu India, hehehehe...Intinya, kalau kesini, sebaiknya datang ke 'Tahitian restorant' jangan terlalu sore atau jangan pakai paket ikutan makan. Tetapi memang disana tidak boleh bawa makan dan minum dari luar, kecuali tempat air putih ('tap water' ada disediakan di beberapa tempat), air mineral harganya disana 28 dollar Hongkong sebotol 300-an cc, kalau dirupiahkan 47.000 rupiah, makan 1 donat saja harganya 26 dollar Hongkong, sekitar 44.000 rupiah. Jadi bawalah galon air kalau semua keluarga tukang minum, mau beli air mineral 10-an botol, mana tahan.....
https://www.youtube.com/watch?v=6SYqZQ_79oQ

di kereta Disney (dokumentasi pribadi)

Mirip dengan yang ada di 'Universal Studio' Singapura, hampir semua film 'Disney' ada perwakilannya disini, namun wahananya memang lebih 'up to date' yang di Singapura, jadi kalau tidak benar-benar memuja film kartun dan komiknya, lebih enak ke Singapura saja. Kebetulan anak-anak saya fanatik suka tokoh Miki dan Donald, jadi berkeliling kereta memutari Disneyland sudah sangat membuat mereka bahagia. Entah 10 atau 15 tahun lagi mereka ada kesempatan kesini, atau 20 tahun kalau pakai uangnya sendiri.
Kembali lagi ke judul diatas, jujur saja, itu merupakan karnaval atau parade paling indah yang pernah saya lihat. Baik anak-anak yang suka tokohnya, atau saya dan istri yang mengagumi kecanggihan konsepnya, bagaimana semua penari dipakaikan baju berlampu dan tidak kena setrum, bagaimana itu bisa dilakukan setiap malam (kecuali hujan) dan memang konon kabarnya yang sanggup menunggui acara ini sampai malam tidak semua sanggup, tetapi masih ada juga anak bayi digendong ortu-ortunya khusus menanti acara ini.
Jadi, kalau ke Disneyland Hongkong, tunggulah acara ini pukul 8 malam dokumentasikanlah dan berdoalah tidak hujan. 

Jumat, 22 Juni 2018

Ketika Anak Balitaku Melihat Adegan Merak Kawin

Ketika Anak Balitaku Melihat Adegan Merak Kawin

"Nah, burung meraknya berkelahi Papa...."Kata Lukas anakku yang baru 4 tahun 9 bulan antara ketakutan dan senang, melihat adegan 'kawin' burung satu spesies tersebut.
"Itu namanya burung sedang kawin..."Jawabku tertawa, kebetulan 'banget' saat kami datang ke kebun binatang 'Caversham Wildlife' di kota Perth pagi tadi, ada satu merak jantan pameran ekornya untuk menarik perhatian merak betina dan kebetulan ada yang mau datang dan dikawini kontan saat itu juga.
Maafkanlah anakku, tidak sempat tutup matamu, terpaksalah kau lihat adegan itu.
Perjalanan ke Perth 10 Desember lalu kami lakukan tergoda iklan traveloka di Kompasiana beberapa bulan lalu yang dari Bali ke Perth naik Air Asia sekitar 800 ribuan, lalu istrikupun langsung ambil untuk kami berlima, tapi ternyata pulangnya yang mahal diatas 4 juta (kalau tidak salah).
Nah, terpaksa nanti pulangnya naik Garuda yang ternyata untuk 13 Desember pagi lebih murah.
Seperti biasa kami menginap di kamar 'back packeran' yang ada dapur untuk masak sendiri, mesin cuci ada dan 'relatif' murah meriah untuk ukuran Australia. Tetapi enaknya ada sebuah meja bilyar untuk memperkenalkan olah raga yang sebenarnya saya pun enggak bisa main.
Nah, kalau sudah ke Perth, jangan lupa ke 'tugu monasnya', 'Bell Tower' yang ada di 'Barrack Square'. Katanya, kalau tidak berfoto disana, ke Perth-nya harus ngulang lagi. Belum tuntas.
Selanjutnya, katanya harus ke Freemantle, kota 'Tanjung Priok-nya' Perth. Disanalah bahan-bahan tambang yang menjadi andalan kota Perth diekspor kemana-mana, dan salah satu pantainya berpasir putih yang indah sekali, namanya 'South Beach' atau pantai selatan, yang tidak ada nyi-nyi-annya, karena di Perth yang ada madam-madam aja.
Seperti biasa kami menginap di kamar 'back packeran' yang ada dapur untuk masak sendiri, mesin cuci ada dan 'relatif' murah meriah untuk ukuran Australia. Tetapi enaknya ada sebuah meja bilyar untuk memperkenalkan olah raga yang sebenarnya saya pun enggak bisa main.

Nah, kalau sudah ke Perth, jangan lupa ke 'tugu monasnya', 'Bell Tower' yang ada di 'Barrack Square'. Katanya, kalau tidak berfoto disana, ke Perth-nya harus ngulang lagi. Belum tuntas.
Selanjutnya, katanya harus ke Freemantle, kota 'Tanjung Priok-nya' Perth. Disanalah bahan-bahan tambang yang menjadi andalan kota Perth diekspor kemana-mana, dan salah satu pantainya berpasir putih yang indah sekali, namanya 'South Beach' atau pantai selatan, yang tidak ada nyi-nyi-annya, karena di Perth yang ada madam-madam aja.
Selanjutnya, karena jadwal hanya 3 hari di Perth, kami terakhir memberanikan diri ke kebun binatang tempat Lukas melihat merak tadi,yang lumayan jauh diluar kota Perth.
Kami naik kereta dari 'Perth Underground' memakai karcis 'family' untuk 2 dewasa dan 2 anak, Lukas yang balita gak dihitung. Harga tiketnya 12 dollar Australia, 10 sen. Itu tiket berlaku seharian kalau memakai kereta api, bis atau kapal feri 'Transperth'. Tiket ini hanya berlaku kalau 'weekend' dari jumat sore ke minggu malam.
Dari kereta, kami berhenti di kota kecil Bassendean, dilanjutkan naik bis nomor 955 di perhentian 'Lord Street entrance'.
Sampai di perhentian, kita minta jemput di depan melalui sebuah tombol yang ada telepon internalnya, lalu 5 menit kemudian 'bus shutle' menjemput kami.
Terakhir, 12 Desember sore, anak-anak dipuas-puasin main air di 'Water Labirinth' di Mall Myer Perth. Yang walaupun sudah mengaku diskon 60%, harga baju-bajunya di kisaran 600 ribuan rupiah ke atas.
Sebenarnya banyak lagi tempat wisata di Perth, namun apa daya, waktu juga yang membatasi, apalagi 13 Desember disempat-sempati deh ke Gandaria City buat Kompasianival. Siapa tahu bisa makan siang bareng sama kompasianer lain dan bisa memakai baju seragam Planet Kenthir satu kali lagi.
Baiklah, kalau mau ke Perth, dari bali hanya 3 jam, perginya bisa murah, tetapi pulangnya tetap siap-siap mahal.
Atau kalau berencana ke Perth dan tidak pulang jangka waktu lama, sambil cari kerja, carilah sekolah. Sekolah di Perth murah banget, tapi biaya hidupnya mahal.
Semoga bermanfaat!

Cuci Piringmu, Atau Denda 20 Dollar Australia!

Cuci Piringmu, Atau Denda 20 Dollar Australia!

Setelah tertunda 5 tahun, karena sesuatu dan lain hal, akhirnya kesampaian juga pergi ke Australia, tepatnya ke kota Sydney.
Perjalanan ke Sydney 21 Juni 2015 ini,kami sekeluarga via Kuala Lumpur, karena dari Palembang ke KL lanjut KL ke Sydney dengan menggunakan Air Asia harga tiketnya jauh lebih murah dibandingkan Palembang-Jakarta/Bali lanjut ke Sydney.
Ini juga karena istriku suka kutak-katik semua biro perjalanan 'on-line' dan 'blog' perjalanan wisatawan 'backpacker' yang berseliweran di dunia maya.

Di Sydney, kami menginap di Hostel Big, di jalan Elisabeth, yang merupakan pusat kota. Harga kamarnya lumayan terjangkau, mengingat kami harus memesan 'Family Room' buat 5 orang. 
Entah ancaman ini benar atau tidak, tetapi setiap penyewa kamar harus menjaminkan 'deposit' 20 dollar Australia, ini akan ditarik manajemen hotel kalau sang tamu tidak mau memberekan kamarnya sendiri, tidak mau mencuci piringnya sendiri kalau sudah makan atau memasak.
Alat dapur lengkap, kompor gas siap 24 jam, hanya kita diawasi oleh kamera CCTV kalau lalai mencuci piring.
'Wifi' hanya tersedia di 'lobby' hostel jadi jangan heran kalau sampai tengan malam, bahkan subuh banyak muka bule, oriental, india dan melayu main internet di 'lobby'.
Lukas anakku yang baru 4 tahun sempat terheran-heran melihat anak bule seumuran dia sudah ubanan.
Nah, kalau sudah ke Sydney, belum 'sah' kalau tidak foto-foto di depan 'Opera House', ini sama dengan tidak lengkap ke Palembang tanpa berfoto di jembatan Ampera atau ke Jakarta tanpa ada foto di Monas.
Beberapa teman yang dokter banyak yang iri dengan foto ini, karena mereka pernah ke Australia tetapi sendiri saat disponsori oleh lembaganya tugas belajar, namun yang bawa sepaket dengan anak istri susah. Tapi ber'backpacker' ria mereka takut.
Padahal Sydney mah aman saja, banyak pejalan kaki wanita lewat jam 18 malam ke atas bawa tas tangan yang talinya kecil tidak dibegal sama pencopet bermotor. Mungkin karena semua jalan ada kamera pengintai dan semua pengangguran sudah dikasih santunan, makanya kriminalitas jalanan minimal.
Kami hanya berwisata yang murah meriah, seperti foto di sekitar 'Opera House', ke pantai 'Bondi Beach' dan 'Manly Beach' atau ke kebun raya 'Sydney Botanical Garden' yang jadi tempat 'jogging' favorit penduduk sekitar.
Yang berbayar, paling ke 'Musium Power House' dan 'Contemporary Art Gallery' yang free atau bayarnya untuk keluarga dibawah 50 dollar Australia.
Tiga hari di Sydney tidak cukup, karena ada ratusan tujuan wisata disana yang sebulan juga belum bisa diselesaikan dengan tuntas.
Bahkan jembatan pelabuhanpun bisa dijadikan obyek wisata berbayar, kalau mau ikut manjat sampai ke ujung atasnya.
Pokoknya, kalau disiplin dan pintar survey harga, pasti selamat di Sydney, karena harga telur yang 5 dollar per 6 biji di mini market yang satu, bisa di mini market lain hanya 6 dollar per 12 biji.
Okey, yang mau 'backpackeran' ke Sydney, 10 jutaan mungkin bisa seminggu kalau sendirian, kalau sekeluarga mah ya kalikan aja, apalagi taksi pun untuk lebih 4 orang harus pakai yang jumbo.
Semoga bermanfaat!