Rabu, 25 Juli 2018

Dari Gagal Naik ke Penang Hill Sampai Repotnya Makan di Penang International Food Festival

Dari Gagal Naik ke Penang Hill Sampai Repotnya Makan di Penang International Food Festival


"Kemana kita hari ini?"Tanya saya pada nyonya yang punya semangat jalan-jalan paling heboh diantara kami berlima.
"Pantai!!!!" Teriak anak-anak yang kalau liburan ke manapun harus ketemu pantai atau minimal kolam renang, padahal mamanya menyewa hotel "budget" Tune yang tidak ada kolamnya.
"Nanti, kita ke bukit "Penang Hill" dahulu, lihat seluruh Penang dari atas, naik kereta, baru sesudah itu ke pantai Ferrihgii.."Kata mamanya.
Mendengar ada kata kereta, anak-anak sih senang-senang saja.
Dekat hotel ada stasiun bus Rapid Penang dan kami pun ke bukit itu dengan bus nomor 204, ongkosnya 1,4 RM untuk anak dan 1,7 RM untuk dewasa. Karena libur dan arus lalu lintas agak macet, maka kami baru tiba di depan gerbang Penang Hill pukul 13.40 dan ketika mau beli karcisnya ternyata tutup dan baru huka lagi pukul 15.30 waktunya Penang, alasannya karena keretanya "undermaintenance" demi keselamatan.
"Langsung ke pantai saja, Mama. Ngapain menunggu disini?" Kata Matius yang paling bongsor.
"Ya, sudah, foto dulu saja. Bukti sudah mampir..."Kataku dan jadilah satu foto, jejak digital sudah pernah ke bukit ini walau tidak jadi masuk. Nah, lain kali memang kalau mau ke sebuah tempat wisata, baca dulu jam-jam mulai dan ada atau tidak waktu istirahatnya, kalau tidak mau kecele.
(dok.pri)
(dok.pri)
Tidak mau ketinggalan kereta, nyonya menyewa Grab, tetapi harus yang 6 tempat duduk, karena kami berlima dan memang lebih mahal, tetapi lebih cepat, dalam 30 menit kami sudah di pantai "Moonlight Bay" Penang yang relatif sepi, kalau pantai publik lain cenderung ramai dan untuk foto-foto seperti berebutan.
Pantainya tidak terlalu panjang, sekitar setengah kilometer dan mirip pantai di bangka atau belitung yang ada batu-batu besarnya, anak-anak sempat berjemur dua jam-an di pantai sampai ada gerimis membuat kami menyuruh mereka selesai main pasir disana.

Kecapean jalan, kita bobok siang dulu beberapa jam dan kemudian berlanjut mencari makan malam di "Penang International Food Festival" yang diadakan 3 minggu, dari 14 April sampai 29 April 2018 di sebuah jalan Lebuh Pantai yang panjangnya kurang lebih setengah kilometer.
(dok.pri.)
(dok.pri.)
Disebut international sih sebenarnya karena makanannya memang sudah mewakili banyak suku bangsa di Penang, ada kuliner Melayu, Eropa, Tiongkok, Jepang, India, Arab yang memang pembuatnya orang-orang Penang juga. Saya bandingkan mirip seperti wisata kuliner di "Lorong Basah" di Palembang yang diadakan tiap akhir minggu, tetapi bedanya ini lebih besar, ada ratusan pedagang dan ada ribuan pengunjung dan makannya pun repot, harus menunggu meja kosong dahulu, cuci tangannya tidak tahu dimana dan yang pasti berdesakan buat jalan dan buat "selfie".
Agak istimewa, ada pemutaran film juga di acara ini dan kebetulan ada sepasang muda-mudi menjadikannya bagian acara foto-foto "prewedding" romantis mereka dan ada juga pementasan musik-musik perkusi di ujung jalan yang dibuatkan panggung.


Memang ada saran dari bu Sisca Dewi untuk naik mobil "Hop on-Hop Off" untuk hemat jalan-jalan di Penang, tetapi itu ternyata biayanya 55 RM untuk 3 hari perorang, sementara kami berlima dan hanya efektif dua hari, padahal istri saya bilang,  hitung-hitungan dia, lebih hemat naik bus umum, sesekali Grab dan sesekali naik bus gratis "CAT" yang juga berkeliling Penang percuma, tetapi yaitu tadi nunggunya lama dan harus mau berdesak-desakan. Ya, saya sih menurut saja, yang "hobby" jalan , kan, dia....Tetapi terima kasih usulannya bu Sisca...
Oke itu dulu ya sampai sisa semalam, hari ini mau ke sekitaran gereja tua di Penang, sekalian wisata,sekalian ibadah. Kalau ada waktu saya laporkan lagi. Intinya, jangan takut tersesat di Penang kalau ada "sim card" sana, pasti ada yang jemput dan antar.
dari FB Kompal
dari FB Kompal

Tidak ada komentar: