Selasa, 24 Juli 2018

Misteri Saat Sepinya Kota Tokyo dan Malu-malunya Gunung Fujiyama


Misteri Saat Sepinya Kota Tokyo dan Malu-malunya Gunung Fujiyama

Perjalanan ke Jepang ini sebenarnya karena istri saya yang "subscibe" air asia.com ditawari tiket promosi Kuala Lumpur-Osaka relatif murah, yaitu 3 juta rupiah seorang bolak-balik (saat itu karena efek "tax amnesty" ringgit ada di 3000 rupiah). Masalahnya yaitu tadi, ke Kuala Lumpurnya dari Palembang yang justru mahal, karena 9 Juni dan 17 Juli adalah saatnya liburan lebaran Idhul Fitri, tiket pulang perginya malah 3 kali lipat hari biasa yaitu 750 ribu rupiah sekali jalan dan 1,5 juta rupiah bolak-balik. Diambil atau enggak?
Walaupun mitosnya pegawai negeri itu terkesan mudah cutinya, tetapi kenyataannya tidak selalu begitu, cuti saat lebaran terkadang sangat sulit, bahkan tenaga kesehatan yang mau cuti saat lebaran pernah disyaratkan harus ijin gubernur segala. Kebetulan tahun ini lebaran "pas banget" di Jumat dan Sabtu (tanggal merah di kalender 2018), sehingga pergi liburan di 9 Juni 2018 yang Sabtu dan pulang di tanggal 17 Juni 2018 hari Minggu tidak butuh hari libur tambahan, cukup waktu cuti bersama.
Perdebatan kedua dengan istri adalah cukupkah kami "ngider" di Osaka tanggal 12 Juni sampai 15 Juni ataukah juga "menyerbu" Tokyo yang merupakan salah satu kota terpadat di dunia? Mamanya anak-anak berpendapat cukuplah sampai disini, yang penting sudah ke Jepang, lain kali dapat menunggu tiket murah lagi ke Tokyo tetapi saya berpendapat mungkin inilah pertama dan terakhir saya ke Jepang buat liburan sekeluarga dan karenanya harus ke Tokyo sekarang atau tidak pernah sama sekali.

Akhirnya, setelah membandingkan harga pesawat Osaka-Tokyo, kereta cepat Shinkansen dan bus, maka lebih murah naik bus yang kurang lebih 6 jam sampai di Tokyo. Bus berangkat pukul 21.oo waktu Osaka dan sampai pukul 05.30 keesokan harinya ,12 Juni 2018 di Tokyo, stasiun bus Shinjuku.

Ternyata Tokyo di pukul 06.00 pagi sangatlah sepi, tidak tampak banyak pegawai berjas dan berdasi atau blazer hitam di jalanan, mungkin semua masih tidur, bahkan tuna wismanyapun masih tidur.
tunawisma di Tokyo (dok.pri)
tunawisma di Tokyo (dok.pri)
Tokyo sebagai kota yang disiplin memberi contoh yang baik, bahwa kota itu adalah "no smoking area", hanya beberapa tempat yang disediakan untuk "smoking area". Bandingkan di negara kita yang pengumumannya banyak "no smoking", berarti daerah selain itu adalah "smoking area".
smoking area yang sempit (dok.pri)
smoking area yang sempit (dok.pri)
Mencari hostel pakai GPS (dok. Pri. )
Mencari hostel pakai GPS (dok. Pri. )
Bagaimana cara kami dari stasiun bus ke hostel? Beruntungnya ada GPS ("global positioning system") dari "mbah Google" yang mengantar kami ke hostel yang ada di lorong-lorong kota, dekat gedung Scientology Tokyo bernama Empire Inn Shinjuku dengan harga dua kamar 2,1 juta semalam, ini karena harus kamar mandi di dalam, saya takut kalau toilet diluar anak-anak yang masih kecil nanti diganggu orang sana.

(dok. Pri. )
(dok. Pri. )
Pukul 9.00 pagi sesudah beres-beres di hostel kami ke stasiun bus lagi menuju Gunung Fujiyama, barulah parade gerak jalan massal ala pekerja Tokyo terlihat di depan mata dengan irama cepat dan mantapnya, tak-tuk-tak-tuk.....
.

Tiket bus dapat dibeli otomatis dengan mesin dan perjalanan ke Gunung itu kurang lebih 3 jam, tetapi baru ke terminalnya, namun kalau mau mendapat "spot" foto terbaik ke gunung yang dianggap suci oleh penduduk Jepang itu harus naik bus "redline" lagi di perhentian 22.
Puncak malu malu (dok. pri. )
Puncak malu malu (dok. pri. )
Sayangnya awal kami sampai pukul 13.00 di "spot" terbaik dan teramai itu, puncak gunung Fujiyama sedang ditutupi awan tebal dan masih malu-malu kucing memperlihatkan diri. Mungkin karena di Jepang saat ini sering sekali hujan dan gunung itupun sering tertutup awan dari uap air yang timbul. Baru di pukul 13.30 puncaknya terlihat sebentar sekitar 10 menit dan kami terpaksa foto ulang lagi. Berfoto berlima itu sulit banget saudara-saudara....
Puncak nongol (dok. pri. )
Puncak nongol (dok. pri. )
Gunung Fujiyama sekilas mirip gunung merapi, karena sama-sama gunung,kok. Tingginya 3776 meter dari permukaan laut dan memiliki salju abadi di atasnya. Gunung ini dikelilingi lima danau yaitu  KawaguchiYamanakaSaiMotosu dan Shoji.
Danau Kawaguchi (dok. pri. )
Danau Kawaguchi (dok. pri. )
Kebetulan danau Kawaguchi dapat didatangi dengan berjalan kaki dari stasiun bus di Stasiun Kawaguchi. Kamipun berfoto disana buat kenang-kenangan.

Konon, Jepang memang sekarang sedang menggalakkan pariwisatanya karena secara produk sedang tergilas dengan produksi Tiongkok, makanya mereka banyak memberikan diskon dan "tax free" buat pelancong barang-barang dagangan di "mall-mall" mereka.
Steker di hostel made in china (dok. pri. )
Steker di hostel made in china (dok. pri. )
Demikianlah perjalanan keluarga kami berakhir pukul 18.00 di Tokyo, selanjutnya mandi dan tidur, karena capeknya bukan main.
(dok.pri)
(dok.pri)
dari FB Kompal
dari FB Kompal

Tidak ada komentar: